{"id":5992,"date":"2022-06-13T19:09:47","date_gmt":"2022-06-13T12:09:47","guid":{"rendered":"https:\/\/sunmedia.co.id\/?p=5992"},"modified":"2022-06-17T13:59:44","modified_gmt":"2022-06-17T06:59:44","slug":"apa-itu-bounce-rate-3-hal-yang-perlu-kamu-ketahui","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/sunmedia.co.id\/blog\/apa-itu-bounce-rate-3-hal-yang-perlu-kamu-ketahui\/","title":{"rendered":"Apa itu Bounce Rate? 3 Hal Yang Kamu Perlu Tahu!"},"content":{"rendered":"
Apakah anda sudah memiliki sebuah situs web untuk bisnis anda? Pernahkah ada bingung mengapa strategi pemasaran anda kurang berdampak walaupun lalu lintas website <\/em>anda masih tinggi?<\/p>\n Jika iya, mungkin website <\/em>anda sedang menghadapi masalah bounce rate<\/em>, atau rasio pantulan. Bounce rate<\/em> adalah salah satu masalah yang sering terjadi dalam meningkatkan engagement <\/em>dalam sebuah strategi pemasaran digital.<\/p>\n Bisnis anda mungkin saja bisa menjalankan sebuah marketing campaign <\/em>yang sukses dalam meningkatkan lalu lintas website anda. Tetapi tanpa strategi interaksi yang kuat, masalah seperti bounce rate<\/em> bisa saja membuat kampanye pemasaran tersebut gagal dalam menghasilkan pendapatan yang berdampak bagi bisnis anda.<\/p>\n Jadi, apa itu bounce rate <\/em>? Bagaimanakah cara anda menyelesaikan masalah tersebut untuk meningkatkan interaksi dan pendapatan bagi bisnis anda?<\/p>\n Baca lebih lanjut karena berikut adalah 3 hal yang anda perlu tahu tentang apa itu bounce rate<\/em>.<\/p>\n Contents<\/p> Untuk mengerti apa itu bounce rate<\/em>, mari kita simak cerita pendek berikut ini.<\/p>\n Witri adalah seorang mahasiswi yang sedang mencari produk lilin aromatik di Google. Setelah menjelajahi internet untuk beberapa waktu, dia menemukan sebuah iklan Google menarik kepada sebuah website <\/em>yang sangat cocok dengan apa yang dia cari, yang berbunyi \u201cLilin Aromatik Lavender, Sekarang Diskon 50%!\u201d<\/p>\n Dia meng-click <\/em>situs web tersebut dan membaca konten yang ada di situs tersebut. Tetapi, tidak lama setelah itu, Witri langsung memencet tombol kembali tanpa mengecek tawaran lain yang mungkin ada di situs tersebut.<\/p>\n Apa yang terjadi? Apakah Witri tidak suka dengan tawaran produk tersebut? Apakah ada yang salah dengan desain situs atau konten nya? Mengapa dia tidak mencoba untuk menjelajahi situs tersebut untuk mencari produk lainnya yang mungkin ditawarkan di situs tersebut?<\/p>\n Faktanya adalah kita tidak bisa tahu pasti mengapa Witri pergi dari situs tersebut. Namun, interaksi Witri yang sangat singkat tersebut bisa menjadi indikasi bahwa situs web tersebut kurang memiliki engagement<\/em> yang bagus, walaupun kampanye pemasaran produk melalui iklan Google telah sukses mencapai Witri.<\/p>\n Cerita inilah yang bisa kita pelajari sebagai ilustrasi untuk memahami apa itu bounce rate<\/em>.<\/p>\n Seperti yang telah dilakukan Witri, sebuah bounce<\/em> terjadi ketika seorang visitor,<\/em> atau pengguna internet, hanya mengakses sebuat situs web tersebut sekali sebelum mereka langsung meninggalkan situs tanpa melakukan interaksi apapun.<\/p>\n Jadi bounce rate<\/em> bisa diartikan sebagai sebuah perhitungan terhadap berapa banyak lalu lintas situs web kita yang datang dan langsung pergi tanpa melakukan engagement<\/em> apapun dengan website<\/em> kita, seperti mengisi formulir kontak, meng-click <\/em>tautan, maupun membeli apapun yang ditawarkan di situs tersebut.<\/p>\n Ada banyak hal yang bisa menyebabkan bounce<\/em> dan membuat pengguna meninggalkan situs anda tanpa melakukan interaksi apapun. Beberapa dari hal tersebut bisa terjadi dikarenakan masalah dalam kualitas desain website<\/em>, relevansi konten terhadap kebutuhan pengguna, maupun masalah teknis seperti lambatnya page load time <\/em>situs tersebut.<\/p>\n Tetapi, perlu diketahui bahwa masih banyak hal yang bisa kita petik ketika kita menganalisa bounce rate<\/em>.<\/p>\n Bounce rate<\/em> itu memiliki konteks yang berbeda-beda, terutama ketika dikaitkan dengan industri dimana bisnis tersebut bergerak. Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bounce rate yang tidak belum tentu secara otomatis berarti bahwa sebuah website kurang interaktif.<\/p>\n Sebuah riset oleh Custom Media Labs<\/a> menunjukkan bahwa beberapa bisnis, atau bahkan page <\/em>dalam situs, memiliki rata-rata bounce rate <\/em>yang lebih tinggi dari yang lainnya.<\/p>\n Mereka menemukan bahwa ada rata-rata 20-45% bounce rate <\/em>untuk situs-situs toko online dan e-commerece<\/em> lainnya dan sekitar 25-55% bounce rate<\/em> untuk situs web B2B. Ini adalah perbedaan besar dibandingkan dengan halaman atau situs web non-ecommerce<\/em> di mana rata-rata rasio pantulan bisa mencapai 60-90% bagi home page<\/em>, situs blog, kamus online, serta situs-situs berita dan acara.<\/p>\n Selain itu, tidak hanya jenis bisnis, tetapi cara pengunjung mengakses situs web Anda juga dapat memengaruhi kecenderungan mereka untuk bounce <\/em>dari situs web. Custom Media Labs mencatat bahwa rata-rata sekitar 42% pengguna desktop bounce <\/em>dari situs web, tetapi angka tersebut meningkat menjadi 54% untuk pengguna tablet dan 58% untuk pengguna seluler.<\/p>\n Data ini menunjukkan bahwa rasio pantulan tidak hanya dipengaruhi oleh konten atau kualitas situs web anda, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh jenis bisnis dan perilaku target pasar anda.<\/p>\n Untungnya, ada aturan praktis, atau rule of thumb<\/em>, yang dapat anda gunakan saat anda ingin menilai rasio pantulan website<\/em> anda.<\/p>\n1. Pahami Bounce Rate<\/em> dan Dampaknya Bagi Bisnis Anda<\/strong><\/span><\/h2>\n
2. Apakah Bounce Rate <\/em>Yang Rendah Bagus Untuk Website Anda?<\/strong><\/span><\/h2>\n