blog

Hari Belanja Diskon Indonesia: Peluang Produk Lokal Unjuk Gigi

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat di Indonesia mendorong para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) menjalankan berbagai strategi bisnis. Saat ini, bisnis online menjadi strategi yang populer di kalangan pelaku usaha. Terlebih pemerintah selalu mendukung produk lokal agar bisa bersaing di pasar global. Satu di antaranya melalui program Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI).

Wardah menjadi brand kosmetik lokal yang populer. (foto: Doc. Biro Humas Kemenpar RI)

Tahun ini, HBDI 2019 diluncurkan langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi). Presiden berpesan kepada para pengusaha lokal untuk selalu berinovasi dalam memasarkan produknya. Selain itu, Jokowi juga mengharapkan masyarakat semakin menumbuhkan kecintaan terhadap produk dalam negeri sebagai upaya memajukan bisnis ukm Indonesia.

“Ini tugas para pengusaha lokal. Pemilik merek-merek (lokal) inilah yang harus mengisi pasar (nasional). Sehingga, ketika barang luar negeri masuk (ke Indonesia), sudah penuh (oleh produk lokal),” ujar Jokowi dalam keterangan tertulis yang diterima Sunmedia.

Sebagai pengusaha lokal, Jokowi menilai produk buatan dalam negeri memiliki kualitas yang baik dan tidak kalah jika dibandingkan produk luar negeri. Presiden Jokowi juga mendorong pusat perbelanjaan menyediakan ruang strategis untuk merek lokal. Selama ini, dirinya melihat pusat perbelanjaan dikuasai produk luar negeri.

“Jangan biarkan pasar lokal dikuasai asing. Hati-hati, karena neraca perdagangan masih defisit. Kita harus meningkatkan kecintaan kepada produk-produk dalam negeri,” ungkapnya.

HBDI 2019 berlangsung selama 15 hari mulai dari tanggal 16 sampai 31 Agustus mendatang. Agenda itu juga dihadiri oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menpar mengatakan bahwa Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga melakukan strategi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui program wisata belanja.

Batik menjadi produk fashion khas Indonesia (foto: Doc. Biro Humas Kemenpar RI)

Arief menilai produk UKM Indonesia diminati wisatawan mancanegara. Sejumlah brand fashion lokal Indonesia pun telah mendapatkan tempat di pasar global. Merek-merek lokal seperti Schmiley Mo, Gendhis Bag, dan Roro Kenes bahkan telah mengikuti pameran di Eropa dan Amerika Serikat (AS). “Produk fashion dan kerajinan Indonesia banyak diminari. Kita bisa menguatkan area itu menjadi yang paling unggul. Kalau sudah kuat kita bisa menjadi surga belanja yang diminati wisatawan dunia,” ujar Menpar Arief.

Kekuatan UKM Indonesia

UKM terbukti mampu bertahan saat Indonesia mengalami krisis moneter di era Ordebaru silam. Dibandingkan dengan negara tetangga lainnya, jumlah UKM di Indonesia tergolong besar. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan dalam sepuluh tahun terakhir jumlah UKM di Indonesia memiliki persentase terbesar mencapai 99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional.

Astec, sepatu olahraga produksi dalam negeri (foto: Doc. Biro Humas Kemenpar RI)

Seperti yang dilansir dari Kontan.co.id, Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik, dan United Nation Population Fund memprediksi jumlah pelaku UKM di Indonesia mencapai 58,97 juta orang pada tahun 2018. Angka ini terbagi menjadi tiga kategori, yaitu usaha mikro sebanyak 58,91 juta unit, usaha kecil 59.260 unit, dan usaha besar sejumlah 4.987 unit.

UKM mampu bertahan karena lebih dinasim dibandingkan perusahaan besar. World Bank menyatakan sektor ini menjadi sumber penghidupan Indonesia. Sebagian besar bisnis UKM terkonsentrasi pada sektor perdagangan, pangan, tekstil, produk kayu, hingga produksi mineral non-logam. Secara keseluruhan, sektor UKM menyumbang sekitar lebih dari 50 persen Produk Domestik Bruto (PDB), dan sekitar 10 persen dari ekspor.

Mampu Menembus Pasar Global

Di era digital ini, keterbukaan akses pasar sudah lebih mudah. Sejumlah produk UKM nasional pun berhasil melakukan penetrasi di pasar global dan mendapatkan respon yang positif. Roro Kenes contohnya, produk UKM asal Semarang, Jawa Tengah ini menjadi viral diperbincangan setelah mengikuti pameran di Rusia.

Saat itu, sang pemilik produk, Syanaz Nadya Winanto Putri berseteru dengan ptugas bandara di Rusia karena pihak bandara menganggap produk buatannya setara dengan produk ternama yang bernilai ratusan juta rupiah. Produk tas berbahan kulit dan karung goni milik Syanaz dianggap serupa dengan tas buatan Louis Vuitton, Channel, dan Bottega yang memiliki harga fantastis.

Kejadian ini justru menjadi bukti bahwa merek lokal sudah layak mendpatkan pengakuan global. Selain Roro Kenes, sejumlah produk UKM nasional juga telah menembus pasar global. Seperti Scmiley Mo, dan Ghendis Bag. Schmiley Mo merupakan brand fashion yang didirikan oleh pengusaha asal Indonesia bernama Dina Rikasari. Produk fashion bertema kaum urban modern ini bahkan sudah dipamerkan di ajang fashion kelas dunia, Pure London, Olympia.

Hal serupa juga dialami oleh Ghendis Bag, produk berupa tas berbahan eceng gondok ini berhasil menembus pasar Jepang dan Amerika Serikat. Produk ini diciptakan oleh seorang dokter gigi, Ferry Yuliana. Siapa sangka, berkat tangan dinginnya, eceng gondok yang dianggap sebagai tanaman hama dapat mendatangkan keuntungan.

Jadi jangan menganggap remeh sektor usaha ini, karena jika ditunjang oleh digital strategy yang tepat, produk UKM berpeluang besar go international. Sebelumnya kami telah mengulas tentang strategi pemasaran produk UMKM di sini.

 

Sumber: Biro Humas Kemenpar, Goukm.id, Kontan.co.id

Related Posts